GoldenQQ - Ingat kalau sembilan tahun yang lalu kita pernah disuguhkan dengan film yang tak hanya memberikan perfect ending bagi franchisenya melainkan juga menghajar kita dengan puncak emosi yang bahkan bisa membuat orang dewasa tersedu-sedu? Nah, lantas bagaimana mungkin film yang baru tayang ini, meski tak sampai membuat mata saya berkeringat seperti waktu itu, masih bisa memberikan perfect ending bagi franchise yang sama? Gak mungkin ada dua perfect ending kan?
Awalnya saya skeptis; studio animasi sehebat Pixar akhirnya jual diri juga dengan menjajakan sekuel yang tidak perlu. Di satu sisi, sekuel ini memang boleh dibilang tak perlu. Cerita dari para mainan Toy Story sudah berakhir dengan sempurna. Namun Toy Story 4 juga merupakan kelanjutan yang natural dari film sebelumnya, memberikan kita pemahaman lebih dalam buat para karakternya serta konklusi yang lebih realistis soal perjalanan hidup mereka.
Terakhir kali kita melihat Woody dkk adalah saat mereka dihibahkan oleh Andy (yang sudah baligh) kepada seorang gadis kecil bernama Bonnie. Bonnie sangat mencintai mainan, dan ini adalah berkah bagi grup Toy Story karena dimainkan merupakan tujuan hidup paripurna bagi setiap mainan. Meski begitu, Woody (masih disuarakan oleh Tom Hanks) lebih sering terpinggirkan bersama dengan beberapa mainan level bayi.
Namun, Woody tetaplah Woody. Ketika ia melihat Bonnie takut masuk TK, ia merasa bertanggung jawab memberikan dukungan moral. Mungkin ini adalah usaha Woody untuk menjustifikasi eksistensinya. Untuk membuat dirinya merasa berharga, Woody merasa harus selalu menjaga Bonnie. Ia sampai bersusah-susah mengorek tong sampah demi membantu Bonnie membuat mainan halu dari garpu plastik, kawat, clay, dan stik es krim. Namanya Forky.
Dan Forky (Tony Hale) tiba-tiba hidup! Masalah yang lebih besar: Forky sadar diri bahwa ia hanyalah sampah. Jadi ke tong sampah lah ia pergi setiap ada kesempatan, sementara Woody harus berkali-kali menyelamatkannya karena tahu bahwa Forky adalah dukungan moral yang paling dibutuhkan Bonnie saat ini. Menjadi semakin pelik saat di tengah perjalanan menuju taman hiburan, Forky meloncat dengan suicidal dari mobil yang tengah melaju kencang. Woody comes to rescue!
Pada dasarnya, semua sekuel Toy Story punya basis cerita yang sama: mainan punya perasaan, jadi mereka juga bakal sedih saat disakiti atau dilupakan oleh pemiliknya. Toy Story 4 juga masih mengangkat premis yang sama, sehingga wajar kalau sesekali kita merasa terlalu familiar. Variasinya adalah petualangan kali ini melibatkan orang mainan dari masa lalu Woody, yaitu Bo Peep (Annie Potts) yang ternyata tidak menghilang tanpa alasan dari Toy Story 3.
Sejujurnya ada banyak hal yang terjadi dalam film ini, sehingga saya juga harus mencantumkan beberapa karakter baru seperti duo heboh Ducky & Bunny (Keegan-Michael Key & Jordan Peele), tukang adu nyali Duke Caboom (Keanu Reeves (!!!!)), serta gerombolan boneka menyeramkan yang dipimpin oleh Gabby Gabby (Christina Hendricks). Saya bilang "menyeramkan" karena lumayan yakin bahwa adegan yang berhubungan dengan mereka yang terjadi di sebuah toko mainan antik, sudah cukup memadai untuk membuat batita bergidik. Saya bergidik.
Sementara itu, Kru Toy Story yang lain, seperti Jessie, Rex, Potato Head, Rex, dll sedikit terpinggirkan karena disibukkan dengan urusan yang kurang dramatis. Buzz Lightyear (Tim Allen) menghilang dan muncul saat dibutuhkan. Kita boleh jadi segera menyadari bahwa secara naratif film ini tak sekuat film sebelumnya. Namun tim penulis Pixar yang dikomandoi sutradara Josh Cooley tetap berhasil memberikan petualangan yang seru dan involving, yang dikemas lewat animasi yang sangat memukau. Detail di setiap gestur, ekspresi, dan latar belakang membuat saya ternganga. Lebih dari dua dekade sejak Toy Story menjadi pionir animasi 3D; sudah begitu banyak perkembangan teknik animasi, dan kita masih bisa dibuat berdecak kagum setiap kali film Toy Story dirilis.
Biasanya satu film animasi keluarga punya satu atau dua pelajaran. Toy Story 4punya semua pelajaran dari (hampir) semua karakter, mulai dari percaya pada diri sendiri, menerima kekurangan, hingga tak terpaku pada impian semu yang kita kira bisa membuat kita bahagia. Mengekstraksi semua pelajaran ini akan menjadi PR tersendiri. Anak-anak barangkali juga gak akan ngeh dengan semuanya. Namun saya yakin ada satu pelajaran berharga yang akan mereka ingat. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat mereka akan terkenang dengan film ini; waktu berubah, situasi berubah, dan orang-orang berubah. Woody juga harus begitu.
Comments